Senin, 12 Juni 2017

"Mas" Gemma

Aku tidak tau terkadang apa yang salah dengan namaku. Sebelum ojek online muncul, aku selalu merasa namaku ini adalah nama perempuan. "Gemma" isn't it obvious?

Lalu, tiba-tiba saja saat aku menggunakan aplikasi ojek online, hampir 100% mereka memanggilku, "Mas Gemma" sebelum bertatap muka langsung denganku. Kemudian setelah mengetahui aku perempuan, mereka langsung meminta maaf. Mereka bilang nama "Gemma" umumnya adalah nama laki-laki. Aku tertawa saja.

Kemudian aku teringat, temanku sewaktu SMP pernah bercerita. Waktu itu masih belum ada yang namanya handphone, sehingga aku meneleponnya via telepon rumah dan ibunya yang mengangkat. Esoknya, temanku itu bercerita kalau setelah aku meneleponnya, ia berdebat dengan ibunya kalau aku adalah pacarnya. Ibunya kira aku itu laki-laki karena nama "Gemma" padahal jelas-jelas suaraku di telepon itu cempreng.

Dan hingga saat ini, setiap kali memesan ojek online aku selalu saja dipanggil "Mas" meskipun terkadang sering dipanggil "Pak" juga.

Hal Yang Kubenci Tentang Keluargaku #1

Kisah ini fiktif belaka, kalau ada kesamaan yaudah~

Hal yang paling kubenci tentang keluargaku adalah ibuku. Ia menghancurkan mimpiku. Hal ini sering kali terjadi. Ibuku termasuk orang yang konvensional dan tidak bisa menerima keunikan yang ada di dalam diriku. Ia selalu mengomel kalau aku membaca buku (ia pikir memaca itu tidak ada gunakanya kecuali buku agama), menulis (ia berpikir aku menulis sesuatu yang sia-sia), dan menggambar (gambarku katanya buruk dan tidak berguna). Padahal, kenyataannya tidak semua yang ia tujukan padaku benar. Ya mungkin yang ia lihat aku membaca komik, oh ya sungguh sangat tidak berguna. Tapi apakah ia tau bahwa komik yang kumiliki bisa memberikan pengetahuan semisalnya komik-komik kolosal karya Hirofumi Sawada, komik memasak seperti Yakitate! Japan atau komik medis seperti Wild Life dan Dr. Koto. Tanpa disadari, aku belajar sejarah, pengetahuan tentan makanan dan bahan makanan, hewan, serta penyakit. Tidak berguna, ya, hanya pembelaan diri.

Yang kutulis, ok, yang ia lihat aku berkutat di depan laptop, membuka microsoft word, menyanyi keras-keras, dan tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat atau berguna. Menurutnya, kegiataan yang tampak "nyata" adalah kegiataan yang berguna. Padahal yang kulakukan adalah menulis skripsi. Haha. Oke, dulu aku sering menulis di buku tentang semua imajinasiku dalam kumpulan cerita pendek maupun cerita panjang. Ibuku mengetahuinya dan tau apa yang ia katakan? Aku menulis hal tidak bermanfaat dan berguna untuk kehidupanku, padahal itu adalah masa-masa paling produktif dalam hidupku. Ia menghancurkan harapanku untuk menjadi penulis karena menurutnya hal itu tidak memiliki masa depan dan tidak berguna. Haha, jangan berkilah bu, aku ingat jelas apa yang kau katakan.

Masa-masa sekolah dasar adalah masa aku sangat suka menggambar. Aku sering memintanya untuk ikut kursus menggambar tapi ia selalu menolak. Menurutnya gambarku ini tidak memiliki harapan dan aku harus berhenti menggambar. Kau tau, aku selalu merasa bakatku adalah menggambar. Lalu ia mengatakan hal tersebut dan aku merasa aku tidak memiliki apa-apa lagi yang bisa kubanggakan.

Dan kau tau apa yang paling lucu dari semua cerita ini? Ibuku sering memintaku untuk membuatkan cerita atau menggambar sesuatu akhir-akhir ini. Aku tertawa. Apa maksudmu? Kau tidak pernah mendukung kesukaanku tersebut? Kau bahkan menyuruhku berhenti!

"Waktu aku suka menggambar kau menyuruhku berhenti, aku tidak bisa menggambar lagi gara-garamu,"kataku padanya suatu hari.

Aku merasa menang.