Saya bukanlah seorang profesional di dalam dunia pendidikan. Saya juga bukanlah tenaga pendidik. Mungkin tulisan saya di sini hanyalah omong kosong belaka seperti nama blog saya yang satunya lagi (eh).
Waktu jaman SMK dulu, kelas saya terkenal sebagai kelas yang paling nakal. Saya ingat betul saat di kelas 10, kami kebagian pelajaran Agama Islam dengan pak A. Awalnya ia mengajar dengan cukup asik, kami pun merasa nyaman. Lalu, minggu berikutnya ia tiba-tiba saja mengadakan ulangan harian. Kami pun ngikut aja dan mengisi sesuai dengan apa yang diajarkan. Tapi saat dibagikan hasilnya, semua kelas diharuskan mengikuti remedial padahal kami semua yakin jawaban yang kami tulis benar.
Minggu depannya, ada ulangan harian lagi dan hasilnya masih tetap sama. Kami heran, entah penilaian pak A yang ngawur atau memang kami yang bodoh makanya kami terus-terusan remedial hingga Ujian Tengah Semester. Hanya satu orang yang berhasil tidak mengulang pada UTS, ketika dilihat jawabannya, ia meniru persis apa yang ditulis pada buku paket. Akhirnya, saat ulangan harian berikutnya, banyak yang mencontek karena, siapa yang bisa hafal tulisan yang ada di buku tanpa terlewat satu kata pun?!
Diluar dugaan, hampir tidak ada yang remedial. Saya tertawa di dalam hati, apa yang salah dengan guru ini? Ketika guru-guru lain memilih yang penting kami mengerti dengan apa yang diajarkan, beliau malah menyuruh kami seperti menyalin semua yang ada di buku paket dengan mengabaikan apakah kami memahami pelajaran tersebut atau tidak.
Kami naik kelas 11 dan mengadakan petisi agar tidak mendapatkan pak A lagi, untungnya berhasil. Kami tidak bertemu pak A lagi.
Pak A benar-benar membalikkan semua tujuan belajar yang saya yakini semenjak dulu. "Belajar itu yang penting mengerti, mau caranya bagaimana juga yang penting mengerti". Bukannya, harus mengikuti semua yang di buku sampai jangan terlewat titik koma barang satu pun, begitu ditanya jawabnya malah "Apa?".
Cara belajar saya memang sedikit aneh, saya tidak mau menghafal semua yang ada di buku, yang penting saya tau itu apa. Dan mungkin itulah penyebab saya selalu remedial pelajaran Agama Islamnya pak A (lol).
Jadi, mana tujuan pembelajaran sebenarnya kalau dalam kasus saya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
watch your words