CHRISTMAST WISH
ketika mimpi menjadi kenyataan, di malam natal... ^^
chara : Kwon Jihwa, Choi Seunghyun, Kwon Jiyong, Song Hyesang, Kim Yuseong
Rated : PG-13
Genre : romance, angst
Summary plot :
Ketika sebuah mimpi menjadi kenyataan di hidup jihwa pada malam natalnya yang kemungkinan besar adalah malam natal terakhirnya karena penyakit leukimia yang di deritanya. Dan impiannya sebelum ia pergi adalah bisa berkencan dengan Choi Seunghyun yang merupakan artis favoritnya seumur hidupnya. Can she??
Author berkata : ini amat sangat gaje, jadi maafkan saya... ^^
***
Prolog
Dua orang pria saling duduk berdekatan melihat foto-foto yang berada di dalam laptop si pria berbaju putih. Si pria yang satu lagi, yang berbaju abu-abu menatap si pria berbaju putih kagum.
“hebat sekali gambar-gambar yang kau potret!” kata si pria berbaju abu-abu.
“ahh, anni... masih belum ada apa-apanya,” si pria berbaju putih berusaha merendah. “eh, ya! Aku punya adik perempuan,”
“aha?” si pria berbaju abu-abu langsung melihat-lihat lagi foto hasil jepretan si pria berbaju putih.
“ia menderita penyakit leukimia,”lanjut si berbaju putih.
“hah?” si baju abu-abu sedikit terkejut, namun ia matanya terus menatap layar laptop si baju putih.
“ne, dia menderita penyakit leukimia dan tidak mempunyai pendonor sumsum tulang belakang yang cocok dan sesuai dengannya,”
“aha?”
“dan dokter sudah mem-vonis dia, hidupnya hanya sampai bulan januari,”
“jangan percaya apa kata dokter, dokter bukan Tuhan...” seru si baju abu-abu tetap menatap layar laptop si baju putih.
“dan dia punya satu keinginan...”
“apa?”
“kencan denganmu,”
Si baju abu-abu langsung menatap heran si pria baju putih. Hening cukup lama dan lalu...
“boleh, ayo kencan denganku!” si baju abu-abu lalu melanjutkan aktivitasnya melihat-lihat layar laptop si baju putih.
“kau serius?” si baju putih menatap si baju abu-abu tidak percaya.
“ne... waktunya untuk hidup katanya tak lama lagi, kan? Yah, apa salahnya aku mengabulkan keinginannya itu?” kata si baju abu-abu sambil mengembangkan senyumnya.
Si baju putih tersenyum bahagia. Tak menyangka, keinginan terakhir adiknya untuk kencan dengan artis idolanya terwujud.
End Prolog
***
Sebentar lagi natal dan aku sekarang ini terbaring di rumah sakit. Tidak merayakan natal yang sebentar lagi akan tiba itu karena penyakit leukimia akut dan sudah di vonis oleh dokter, ini mungkin adalah natal terakhir untukku.
Aku tidak takut. Toh, mungkin ini memang jalan yang terbaik untukku. Untuk apa aku hidup lagi dengan kepala tanpa rambut? Untuk apa aku hidup lagi dengan tubuh kurus kering hanya tulang berlapiskan kulit? Untuk apa aku hidup jika setiap hari kerjaannya hanya selalu mimisan, mimisan dan mimisan? Bukankah aku yang lemah ini hanya menambah beban kedua orangtuaku??
-BRRAAAAAAKK!!-
Tiba-tiba pintu kamar rawat inapku terbuka lebar dan kencang. Oppa ku datang. Jiyong oppa!!
“jihwa!! Aku berhasil!! Aku berhasil!!” teriak jiyong oppa keras yang membuatku menatap ia heran. Berhasil apa, oppa?
“aku berhasil mengatur janji dengan choi seunghyun untuk kencan kalian!! Aku ceritakan kondisimu yang sebenarnya padanya hari ini dan ia setuju!! Bergembiralah!!” jiyong oppa berteriak benar-benar antusias. Aku memandang wajahnya yang diliputi kebahagian itu.
Mianhae oppa, aku tak mau seunghyun-oppa kencan denganku hanya karena aku menderita penyakit leukimia dan sebentar lagi aku akan mati. Aku mau ia mengetahuiku sebagai jihwa, bukan sebagai gadis berpenyakitan.
Aku membalikkan badanku kearah lain membelakanginya. Lalu berkata pada jiyong oppa, “oppa, aku tidak mau...”
Jiyong oppa sedikit kaget atas pernyataanku.
“kenapa?? Bukankah ini yang selalu kau impi-impikan? Yaitu bisa berkencan dengan choi seunghyun idolamu?” tanya jiyong oppa penasaran sambil membelai kepalaku tanpa rambut itu sayang.
“oppa... aku tak mau seunghyun oppa kencan denganku hanya karena ia merasa kasihan denganku...”
“lalu kau mau ia kencan denganmu karena alasan apa?”
“alasan apapun asalkan bukan kasihan...” jawabku lirih.
Jiyong oppa tersenyum lirih atas jawabanku dan mengecup keningku lembut.
***
Akhirnya aku nekat berangkat pergi ke studio tempat seunghyun-oppa dan jiyong-oppa bekerja keesokkan paginya dengan wig rambut panjangku berwarna coklat. Aku harus pergi!! Benar-benar harus pergi!! Natal tinggal 4 hari lagi!! Dan 4 hari adalah waktu yang cepat!!
Begitu ingin melangkahkan kakiku masuk kedalam studio tempat seunghyun-oppa sedang pemotretan (jiyong-oppa fotographer untuk perusahaan seunghyun-oppa bekerja), langkahku dihalang oleh seorang petugas keamanan berbadan kekar. Wajahnya seram.
“kau mau mencari siapa?” katanya galak.
“seunghyun-oppa,” jawabku berusaha setenang mungkin.
“kau memangnya siapa-nya seunghyun?”
“aku... adiknya seunghyun-oppa...”
Petugas itu tersenyum merendahkan. “banyak orang yang mengatakan kalau dirinya adalah adiknya seunghyun, jawab yang jujur!! Kau siapanya seunghyun? Mau apa kau dengan seunghyun?”
“aku benar adiknya!! Dan aku mau bertemu oppa-ku!!” kataku berbohong pada petugas itu. Petugas itu memandangku kesal. Sepertinya ia tau aku berbohong.
“kau jangan main-main, saeng! Aku serius, kau siapa?? Mau apa kau dengan seunghyun?”
“aku adiknya seunghyun-oppa!! Dan aku mau bertemu oppa-ku!!”
-PLAAKK!!-
“dasar anak kecil!! Berusaha berbohong padaku!! Aku sudah bertanya padamu baik-baik dan kau malah terus berbohong!! Asal kau tau, adik seunghyun sudah ada di dalam studio!! Jangan berusaha kau berbohong padaku!!” seru petugas itu galak setelah menampar pipi kananku. Lalu, petugas sialan itu masuk ke dalam studio dan meninggalkanku sendirian di depan studio dengan pipi memerah karena habis di tampar dan airmata mengalir menuruni pipiku.
Sakit...
Pipiku sakit...
Kupegang pipi kananku, panas... dan sakit...
-TES-
-TES-
Tiba-tiba, dari lubang hidungku mengalir sesuatu berwarna merah pekat bernama darah. Aku menyeka darah yang keluar dari hidungku itu. Sial... aku mimisan lagi. Disaat seperti ini dengan baju warna putih lagi.
Terus kuseka darah yang mengalir di hidungku itu namun tambah lama darah itu tambah banyak. Terus, terus, terus mengalir sampai baju putih yang kukenakan berubah menjadi warna merah darah.
Aku kalang kabut. Bagaimana ini? Mimisanku tidak kunjung berhenti dan bajuku sudah penuh darah!! Apa yang harus kulakukan??
-BRAAK-
Pintu studio yang ada di depanku terbuka. Jiyong-oppa muncul dari sana!! Bersama seunghyun-oppa!!
“jihwa?? Sedang apa kau disini?? Dan... eommo!! Apa yang terjadi padamu??” jiyong-oppa langsung mendekatiku dan menyeka darah yang terus mengalir dari hidungku.
“jiyong-ah, itu siapa? Apakah kau mengenalnya?” tanya seunghyun-oppa mengamati kami dari tempatnya berdiri – yaitu di depan pintu studio.
“ah, dia...”
“oppa, jangan katakan aku adikmu... please...” aku memotong ucapan jiyong-oppa dengan cepat.
“waeyo?”
“nanti ia akan tau kalau aku adik oppa yang ingin sekali saja berkencan dengannya...” aku berusaha menjelaskan opiniku.
Jiyong-oppa menatapku iba, lalu disekanya lagi darah yang tidak kunjung berhenti dari hidungku.
“ne, oppa mengerti...” kata jiyong-oppa terus menyeka darahku.
“jiyong-ah?? Kau butuh ini??” seunghyun-oppa mendekati kami berdua dan kemudian mengulurkan saputangan putih miliknya pada jiyong-oppa, jiyong-oppa meraihnya. Dan menyeka darahku dengan saputangan seunghyun-oppa.
“kau... sedang apa disini? Apa yang kau lakukan disini?” jiyong-oppa menanyai alasanku datang kemari dengan cepat – atau lebih tepatnya dengan khawatir.
“kau sedang ingin mencari kerja disini, ya?” seunghyun-oppa ikut menimbrung pembicaraan kami. Aku menganggukkan kepalaku berbohong dan jiiyong-oppa menatapku lirih.
“ne...” jawabku yang dengan cepat, ditutupnya mulutku oleh jiyong-oppa. Katanya, “jangan berbicara... darah dari hidungmu terus tidak berhenti...”
“apakah sebaiknya kau bawa saja dia ke rumah sakit?” usul seunghyun oppa yang membuat jiyong-oppa setuju atas usulan itu. Dan selanjutnya, dibawalah aku ke rumah sakit. Tepatnya, rumah sakit tempat kabur aku tadi.
Ahh, menyebalkan.
***
Esoknya, aku kembali pergi ke studio tempat seunghyun-oppa sedang pemotretan (karena kata jiyong-oppa pemotretannya belum berakhir di studionya), kali ini aku mengenakan wig-ku panjang berwarna hitam karena wig coklatku kemarin terkena noda darah yang lumayan banyak dan sulit untuk di bersihkan. Jadi, terpaksa hari ini aku mengenakan wig yang berbeda namun dengan potongan rambut yang sama.
Dan tepat sekali, saat aku berdiri ingin memasuki studio itu – seunghyun-oppa juga ingin memasuki studio foto itu. Ia sedikit kaget bertemu denganku lagi.
“hey, kau yang kemarin, kan? Apakah kau sehat?” tanyanya sambil mengembangkan senyumnya yang tampan itu.
“ah, ne oppa... aku sehat-sehat saja!!” seruku spontan tak menyangka ia mengingatku. “ah, oh ya oppa!! Mianhae, saputanganmu belum bisa ku kembalikan!! Aku masih mencucinya!” tambahku mengingat saputangan yang ia pinjamkan padaku kemarin.
“ah, ne, ne! Tidak apa-apa, buatmu juga tidak apa-apa!” seunghyun-oppa kembali tersenyum. “ehm, aku mau masuk kedalam dulu, yah?”
“ah, oppa!!” aku menahan seunghyun-oppa pergi masuk kedalam studio.
“ne? Waeyo?”
“ah... apakah kau punya waktu luang?” tanyaku benar-benar gugup pada seunghyun-oppa yang menatapku dengan sedikit terkejut.
“ah, untuk apa?”
“aku mau... mengajakmu kencan...” jawabku malu-malu sambil menundukkan kepalaku. Seunghyun-oppa menggaruk kepalanya pelan.
“ah, berapa nomor handphonemu? Nanti aku akan mengabarimu? Bagaimana?” usul seunghyun-oppa yang membuatku mempunyai harapan untuk berkencan dengannya.
“benarkah?”
“ne...” seunghyun-oppa tersenyum terpaksa. Aku pun lalu memberi nomor handphone-ku padanya dan pergi dengan riang sementara oppa masuk kedalam studio.
Aku tak sabar menantinya!! ^^
***
Author POV
“jiyong-ah, aku mau tanya sesuatu!” panggil seunghyun pada jiyong yang sedang mengatur setting kameranya untuk pemotretan hari ini.
“apa?”
“siapa gadis yang kemarin?” tanya seunghyun sedikit serius.
“hem... adik kelasku dulu sewaktu SMA,” jawab jiyong berbohong sekenanya.
“oh...” seunghyun ber-ooh ria. “tadi dia datang kesini,” lanjutnya.
“lalu?” jiyong berusaha bersikap tidak peduli namun sebenarnya ia peduli. Apa yang terjadi tadi antara jihwa – adiknya dan seunghyun?
“dia mengajakku kencan. Oh ya, siapa namanya? Tadi aku lupa menanyakan siapa namanya?”
“jihwa...”
“ooh...” kembali seunghyun ber-ooh ria.
“lalu kau menerima ajakan kencannya?” jiyong selesai men-setting kameranya dan kemudian menatap seunghyun dingin.
“victoria f(x) saja aku tolak kencannya, apalagi ia?” kata seunghyun dengan nada sedikit meremehkan. “oh ya, apakah sudah siap untuk pemotretan hari ini?”
“sudah... bersiaplah,” jiyong menyunggingkan senyumnya terpaksa. “oh ya, saat ia mengajakmu kencan, jawaban apa yang kau berikan padanya?”
“nanti aku akan menelponnya dan lalu aku meminta nomor handphonenya dan ia memberikannya, selesai –“ jawab seunghyun enteng.
“jangan membuat ia terluka, seunghyun-ah...”
“kenapa memangnya?”
“kau akan berurusan denganku. Arraseo?” seru jiyong lalu mengalihkan pandangannya kearah lain dan kembali mengecek kameranya yang tadi sudah tersetting.
Seunghyun menatap jiyong lama. Apakah jiyong ada rasa dengan gadis bernama jihwa itu?
***
Seunghyun menatap lama layar handphone-nya yang ada tulisan :
Jihwa^^
089889XXXXX
Ia bingung, apakah sebaiknya ia menerima ajakan jihwa kencan atau tidak? Tapi... tiba-tiba, muncul niatan iseng di pikiran seunghyun. Ia ingin mengerjai jihwa, karena sepertinya – jiyong akan marah padanya jika ia mengerjai gadis itu. Ia ingin tau, apakah benar jiyong akan marah padanya? Dan... bagaimana jiyong akan marah padanya?
Hem...
Seunghyun mengembangkan senyumnya. Kenapa tidak? Toh, teman fotographernya ini tidak pernah marah padanya.
Author POV End
***
Kubuka wig-ku begitu aku kembali ke rumah sakit dan memasang kembali infusku ke punggung tanganku. Kemudian, aku berbaring di tempat tidurku dan pura-pura bahwa aku seharian ini hanya ada di kamar rawat inapku padahal aku pergi ke studio jiyong oppa.
“kau kemana tadi?” tiba-tiba seorang suster perempuan masuk ke kamarku dengan tangan yang memegang nampan berisi obat-obatku yang beragam itu.
Aku mengembangkan senyumku terpaksa lalu memohon padanya, “ah, eonnie... jangan laporkan pada eomma dan jiyong-oppa ya, kalau aku tadi pergi... ya?”
Suster yang kuketahui bernama hyesang itu mengembangkan senyumnya lalu berjalan menghampiriku dan menyerahkan nampan obat yang dibawanya untukku.
“tapi, minumlah obat ini! Jangan dibuangnya!” kata suster itu mengancamku.
Aku mengambil nampan obat itu. Dan meletakkannya di pangkuanku. “aku akan meminumnya, jadi eonnie boleh pergi.”
“minum dihadapanku!!” suster itu menatapku death glare. Aku cemberut di hadapannya. Lalu, dengan terpaksa dan berat hati pun aku menenggak semua obat-obat itu. Satu persatu, dengan total 7 butir obat.
Selesai aku menenggak obat-obat itu, aku menyerahkan nampan itu kembali pada suster sialan itu yang kemudian segera pergi dari ruanganku.
Haaah... tubuhku lemas, pandanganku mulai buram, dan aku mulai mengantuk...
Haahh... itulah sebabnya mengapa aku tidak mau meminum obat itu. Sebab, obat itu membuat aku tidak bisa melakukan apa-apa dan membuatku tambah menjadi gadis yang lemah. Padahal usiaku sudah 20 tahun.
***
-TRIIT-TRIIT-TRIIT-
Handphoneku berdering keras di meja yang ada disebelah tempat tidurku berada. Aku meraih handphoneku itu dengan cepat.
Engghh... siapa yang mengirimku pesan malam-malam begini?
From : 089797XXXXX
Aku seunghyun, ini jihwa kan? Ayo kita berkencan! Kau mau kita berkencan hari apa? Balas pesanku, ya ^^
Eommo!! Seunghyun-oppa mengirim aku pesan?? Eommo!! Apakah ini mimpi??
Reply : Seunghyun-oppa^^
Ne, oppa?? Hem... kau bisa hari apa? ^^ mianhae, aku mengganggumu...
From : Seunghyun-oppa^^
Anni, anni... kau tidak menggangguku, kook^^ justru mungkin aku yang mengganggumu... apakah aku mengganggumu??
Kau mau kita kencan kapan? Aku bisa kapan saja...
Reply : Seunghyun-oppa^^
Anni, anni oppa!! Kau tidak menggangguku... aku justru sekarang sedang kesepian^^ hemm... seterah oppa sajalah,
From : Seunghyun-oppa^^
Maukah kau kencan di malam natal nanti?
Eommo!! Kencan di malam natal?? Apakah oppa serius?? Apakah ia tak ada janji di malam natal??
Reply : Seunghyun-oppa^^
Apakah oppa tidak ada janji di malam natal?
From : Seunghyun-oppa^^
Ada janji pemotretan dengan jiyong tapi sampai siang saja, sorenya kita bisa berkencan. Apakah kau bisa berkencan di malam natal?
Reply : Seunghyun-oppa^^
Ne, ne, aku bisa!! Gomawo oppa sudah menerima ajakan kencanku!! ^^
Mianhae merepotkan^^
From : Seunghyun-oppa^^
Anni, anni... kau sama sekali tidak merepotkan kook^^ baiklah, aku ini sudah malam. Mianhae mengganggumu, selamat tidur...
Reply : Seunghyun-oppa^^
Selamat tidur juga, oppa... ^^
Haaaahhh...
Oppaa... aku tak sabar menunggu malam natal... untuk berkencan denganmu...
***
Natal tinggal 2 hari lagi dan esok malam adalah malam natal. Tuhan... aku tak sabar menantikannya. Aku tak sabar menantikan malam natalku dengan seunghyun-oppa!! >///<
“jihwa, keadaanmu sekarang sepertinya lebih baik – apakah ada yang membuatmu senang akhir-akhir ini?” tanya junsu-oppa, dokter khusus untukku yang masih muda. Usianya baru beberapa tahun diatasku namun ia sangat jenius.
“hem... ne, oppa. Aku sedang senang,” jawabku sambil mengembangkan senyumku.
“baguslah kalau begitu.” Junsu oppa membelai kepalaku lembut.
“hem, oppa!” panggilku sebelum ia pergi. “ahh, apakah besok malam aku boleh keluar?"
Junsu oppa mengernyitkan dahinya. “kau mau pergi kemana?”
“aku mau ken... aku mau pergi keluar!” jawabku yang langsung membuat junsu oppa tersenyum mengerti. “kau mau kencan? Kalau begitu... emm, lihatlah cuaca apa yang akan terjadi esok, kalau cuacanya turun salju dan berangin aku takkan mengijinkanmu pergi keluar, tapi kalau cerah cenderung ke hangat, aku akan mengijinkanmu pergi.” Kata junsu oppa memberitahuku apa kira-kira aku boleh pergi esok malam.
Aku memonyongkan bibirku kecewa. Bukankah malam natal lebih indah kalau cuaca bersalju? Tapi... kenapa aku malah tidak boleh keluar kalau cuaca bersalju?? Haaah... tuhan, kumohon... besok jangan turun salju...
***
Malamnya, ada pesan dari seunghyun-oppa.
Isinya : From : Seunghyun-oppa^^
Besok kita janjian di taman kota ya, di depan pohon natal terbesar jam 5 sore. Bisa?
Reply : Seunghyun-oppa^^
Ne, ne, oppa!! Aku bisa!! ^^
From : Seunghyun-oppa^^
Baiklah, sampai bertemu besok...
Reply : Seunghyun-oppa^^
Ne, oppa!! ^^
***
Hari ini, hari itu!! Hari aku kencan dengan seunghyun-oppa!! Eommo!! Tuhan!! Aku tak sabar menantikannya!! Aku tak sabar!! Dan beruntunglah!! Cuaca sampai pukul 3 sore ini terus terang!! Tanpa turun salju sedikit pun!! Tuhaaan... terima kasih banyak!! Aku cinta padaMu!! Dan berkat cuaca yang cerah itu, junsu-oppa jadi mengijinkanku pergi.
“kau memangnya mau kencan dimana?” tanya junsu oppa sambil membantuku mengenakan wig yang kupakai hari ini, wig panjang berwarna coklat.
“taman kota, di depan pohon natal terbesar oppa,” jawabku sambil malu, soalnya aku tak biasa membicarakan hal ini dengan siapapun. Termasuk jiyong oppa!
Oh, ya! Sudah beberapa hari ini eomma tidak memberiku kabar setelah 5 hari yang lalu ia pergi ke Kanada, dan sudah 3 hari belakangan ini jiyong-oppa tidak menjengukku? Kemana oppa ya? Apakah ia sedang sibuk dengan pekerjaannya yang menjadi fotographer itu?
“oh, janjian jam berapa?” junsu oppa bertanya lagi.
“jam 5 sore,” “hoo – kalau begitu, berhati-hatilah...” kata junsu oppa sambil mencium keningku setelah wigku sudah rapi ku kenakan.
“gomawo oppa,” aku tersenyum padanya.
Lalu, kuambil tas ransel biruku dan menggantungnya di bahuku. Aku siap berangkat. “dah oppa,”
“dah – hati-hati saeng, aku menyayangimuu...”
Aku tersenyum. “aku juga menyayangi oppa...”
***
Akhirnya, aku tiba di taman kota pukul 5 sore lewat 10 menit karena akses jalanan menuju taman kota penuh. Haduuuh, seunghyun-oppa pasti sudah menungguku nih!! Haduuuh... aku ini bagaimana sih?? Bisa-bisanya di hari kencan penting seperti ini telat?? Haaahh... akhirnya aku sampai di pohon natal terbesar di taman kota juga. Hahh... semoga oppa tidak marah karena aku datang terlambat!! >///< Akupun berkeliling mengitari pohon natal itu berusaha mencari seunghyun-oppa, namun... oppa tidak ada. Haaah – apakah oppa telat datang?
Kuambil handphoneku yang berada di saku celanaku. Dan kuhubungi handphone seunghyun-oppa.
-TUUUT-TUUUT-TUUUT-
Tidak diangkat-angkat. Aku coba hubungi oppa kembali.
-TUUUT-TUUUUT-TUUUT-
Tidak diangkat juga. Kemana oppa?
-TUUUT-TUUUUT-TUUUT-
Aku kembali menghubungi oppa lagi, namun tidak diangkat-angkat. Oppa, kau kemana? Apakah mungkin oppa sedang dalam perjalanan menuju kesini??
***
Author POV
“seunghyun-ah, handphone-mu berdering!!” teriak jiyong pada seunghyun yang sedang melihat-lihat hasil jepretan jiyong.
“sudahlah, biarkan saja!” kata seunghyun cuek mengabaikan panggilan yang ada di handphone-nya.
“memangnya dari siapa sih?” tanya jiyong ingin tau.
“jihwa mungkin,” Seketika jiyong terbelalak kaget atas jawaban yang diberikan seunghyun. Apa katanya tadi?? Jihwaa??
Author POV end
***
Hemm...
satu jam aku menunggu seunghyun-oppa namun ia tak kunjung datang juga. Oppa, kau kemana?? Apakah kau melupakan janji kita?? Lalu... kenapa telponku tidak juga kau angkat?? Kau kemana??
***
Author POV
“apa katamu tadi? Jihwa?? Kenapa ia menelponmu?” tanya jiyong ingin tau. Seunghyun menatap jiyong dengan tatapan menantang.
“kenapa memangnya? Apa urusannya ia denganmu? Ia hanya adik kelasmu saja kan? Sudahlah... lupakan saja,” jawab seunghyun tidak peduli sambil menenggak root beer kaleng miliknya hingga habis.
Jiyong menggeram tangan kesal. Ada apa ini?? Antara seunghyun dan jihwa – adiknya??
Author POV end
***
Tiga jam berlalu aku disini dan seunghyun-oppa tidak kunjung datang. Aku bertanya-tanya sekarang ini. Apakah ia lupa janji denganku? Apa ia memang sedang dalam perjalanan kesini atau ia memang tidak mau datang?
-PLUK-
Butir-butir salju turun ke bumi begitu airmataku menetes jatuh turun ke pipiku. Aku menyekanya perlahan. Oppa... kau kemana?? Salju mulai turun...
***
Author POV
Junsu menatap keluar jendela ruang kerjanya. Pikirannya melayang jauh ke angan-angan. Bagaimana ya, kabar pasien kesayangannya itu? Hari ini sudah turun salju, apakah teman kencan pasien kesayangannya itu sudah membawa jihwa ke tempat yang hangat? Karena jihwa, tidak boleh berada di tempat yang dingin. Ia harus berada di tempat yang hangat agar tubuhnya tetap hangat dan darah yang ada di dalam tubuhnya pun ikutan hangat.
***
Jiyong tidak tahan. Handphone seunghyun terus berdering dan seunghyun terus mengabaikannya. Jiyong melirik ke arah handphone seunghyun yang berada tak jauh darinya.
Jihwa^^ 24 panggilan tidak terjawab...
Jiyong menggeram tangannya kesal. Ada apa antara seunghyun dan jihwa?? Kenapa jihwa sampai menelpon seunghyun 24 kali?? Dan kenapa seunghyun tidak menjawab panggilan jihwa?? Ada apa dengan mereka berdua?? Apakah mereka berdua pacaran??
Namun, jiyong menelan mentah-mentah pertanyaan yang ingin ia keluarkan itu. Karena saat ini, ia dan jihwa sedang berperan sebagai kakak kelas dan adik kelas. Tapi... Jiyong mengalihkan pandangannya kearah lain, kearah luar jendela studio photo-nya yang sedang turun salju itu.
Haaah...
sudah beberapa hari ini ia tak mengunjungi adik satu-satunya ini.
Author POV end
***
Sudah dari 4 jam aku menunggu seunghyun-oppa namun ia tak datang juga. Oppa, kau kemana?? Aku merasa dingin oppa. Aku merasa dingin... tubuhku pun mulai bergemetaran saking dinginnya cuaca saat ini. Oppa... kau dimana?? Apakah kau lupa akan janji kita?? Airmata yang sempat tertahan di mataku langsung jatuh menetes menuruni pipiku. Oppa, kau kemana?? Aku tak sanggup lagi melawan dingin ini...
***
Author POV
-TRIIT-TRIIT-TRIIT-
Handphone seunghyun terus berdering hingga kesekian kalinya. Jiyong yang merasa kesal pun akhirnya mengambil handphone seunghyun dan menyerahkannya pada seunghyun agar seunghyun mengangkat panggilan dari adiknya itu.
“angkat!!” perintah jiyong pada seunghyun. Seunghyun menatap jiyong kesal.
“kenapa aku mesti mengangkat panggilan itu?” “karena aku tidak tahan lagi!! Sudah 37 panggilan tidak terjawab darinya sejak 4 setengah jam yang lalu!! Ada apa dengan kau dan dia??” oceh jiyong kesal.
“dia dan aku sedang berkencan, jadi... biarkan saja,” kata seunghyun sambil memakan potato chips-nya benar-benar tidak peduli.
“apa maksudmu kau sedang kencan dengan jihwa?” jiyong menatap seunghyun tidak mengerti.
“aku dan jihwa – adik kelasmu itu sedang berkencan dari 4 jam yang lalu,”
“lalu?? Kenapa kau tidak datang ke tempatnya sekarang?”
“untuk apa? Aku ingin melihat bagaimana kau marah padaku karena aku mempermainkannya...”
-BRUUUUAAAAKKK!!-
Jiyong langsung memukul seunghyun hingga seunghyun yang sedang duduk terjatuh dari kursinya.
“brengsek kau!! Buat apa kau ingin membuatku marah??” teriak jiyong kesal sambil terus memukuli seunghyun emosi. “dia adikku!! Adikku yang pernah kuceritakan padamu bahwa dia itu menderita leukimia dan umurnya tak lama lagi!! Untuk apa kau mempermainkannya hanya untuk membuatku marah?? Kalau ia meninggal bagaimana?? Yang ia inginkan hanya satu sebelum ia meninggal, yaitu berkencan denganmu walaupun hanya satu kali!! Kenapa kau malah mempermainkannya, brengsek!!” Jiyong terus memukuli wajah seunghyun tanpa ampun.
Seunghyun terbelalak kaget. Jadi, jihwa itu... adik jiyong yang menderita leukimia itu dan ingin sekali berkencan dengan seunghyun itu?? Tangan seunghyun tiba-tiba mencengkaram erat tangan jiyong yang ingin memukul wajahnya itu. “lalu kenapa kau bilang bahwa ia adik kelasmu??”
“karena ia ingin kau kencan dengannya tanpa rasa kasihan bahwa hidupnya tak lama lagi, brengsek!!” jiyong kembali melayangkan tinju bertubi-tubi ke wajah seunghyun. Airmatanya mengalir deras. Lalu, seketika jiyong teringat. Diluar sedang turun salju!!
Sedangkan jihwa, harus berada di tempat yang hangat!! Jiyong pun melepaskan pukulan terakhirnya pada seunghyun dan bangkit menendang tubuh seunghyun yang lemas merasa bersalah itu.
“dimana kau janjian dengan jihwa?” tanya jiyong cepat pada seunghyun yang tersungkur di lantai studio dengan wajah berdarah dan memar.
“taman kota didepan pohon natal terbesar...” kata seunghyun sambil menutupi wajahnya, diam-diam ia menangis merasa bersalah.
“aaaaarrrgggghh!! Dasar pabo kau, brengsek!!” jiyong segera pergi setelah mengambil mantel coklat miliknya. Ia ingin ke tempat adiknya berada yang sedang menunggu si brengsek seunghyun itu.
***
Sekarang jam 22.35 malam dan aku benar-benar merasa kedinginan. Oppa, kau kemana? Aku merasa kedinginan. Jari-jariku membeku dan amat putih.
Haahh...haaaahh...haaahhh... oppa...
Bahkan nafasku pun terasa amat dingin, oppa... kau kemana?? Aku tak sanggup lagi. Terpaan angin dan butir-butiran salju yang mengenai tubuhku ini amat dingin. Aku tak sanggup oppa. Aku tak sanggup. Airmataku terus mengalir dari mataku.
Oppa... kau jahat!! Kenapa kau mempermainkanku seperti ini?? Kemana kau oppa?? Kemana?? Kemanaaa??
-BRUUUKKK!!-
Tubuhku ambruk ke aspalan depan pohon natal terbesar di taman kota itu.
Oppa... oppa jiyong... oppa junsu... tolong aku... aku tak bisa bergerak... aku kedinginan... aku...akuu... oppa...
-TES-TES-TES-
Tetes-tetes darah mengalir dari hidungku. Tuhaaan... bahkan sekarang aku mimisan lagi. Oppa... kau dimana?? Aku membutuhkanmu oppa...
***
Author POV
Jiyong keluar dari bus yang sedang terjebak macet di jalanan menuju taman kota itu. Kemudian ia berlari, terus berlari sekuat tenaga menuju pohon natal terbesar yang ada di taman kota itu dan penuh di sesaki orang. Ia ingin memastikan, apakah adiknya masih ada disana atau tidak.
-BRUUUKKK- -BRUUUKKK- -BRUUUKKK-
Jiyong terus berlari walau dirinya beberapa kali menabrak orang. Ia ingin segera sampai ke tempat adiknya berada.
-SPLASH-
Jihwa masih berada di depan pohon natal itu. Namun, dengan keadaan mengenaskan. Dengan darah yang keluar dari hidungnya, jihwa tergeletak tak berdaya di depan pohon natal itu. Jiyong dengan cepat meraih tubuh jihwa.
“jihwa, jihwa, jihwa!” panggil jiyong pada adik semata wayangnya itu. “jihwa! Jihwa!” Namun gadis berusia 20 tahun itu tidak membuka matanya. “jihwa, jihwa!” jiyong terus memanggil jihwa. Tapi jihwa tidak membuka-buka matanya. “jihwaa!!” Jiyong mulai meneteskan airmatanya. “jihwa, jihwa, jihwaaa!!”
***
Jiyong keluar dengan airmata mengalir dari matanya dan bajunya yang basah oleh keringat dari ruang ICU rumah sakit Seoul yang menjadi rumah sakit langganan jihwa setiap kali jihwa ambruk. Jiyong terus menangis, meyenderkan badannya di tembok rumah sakit dan kemudian jatuh terjongkok memeluk lututnya. Jiyong kesaal!!
Kenapa adiknya sebodoh itu menunggu orang yang tidak kunjung datang selama hampir 6 jam di cuaca yang dingin begini?? Apakah karena ia sudah terlalu mempercayai seunghyun yang dikiranya baik itu?? Aaarrrrggghhh!! Jiyong memukul lantai rumah sakit dengan perasaan kesal bukan main. Kenapa adiknya begituu bodoh?? Dan kenapa seunghyun begitu brengsek?? Mempermainkan perasaan adiknya yang sedang sekarat itu hanya untuk membuatnya marah karena jiyong tidak pernah marah?? Kenapaaaa?? Jiyong terus memukuli lantai rumah sakit sambil menyesali dirinya yang tidak cepat bertindak cepat tadi saat dirinya masih di studio bersama jiyong. Aaaarrrrggghhh!!!
“mianhae, jiyong-ah...” terdengar suara minta maaf dari seorang pria di depan jiyong. Jiyong menatap pria itu dengan tatapan benci. Ia benci pria itu!! Untuk apa pria itu ada di hadapannya?? Untuk apaa?? Setelah membuat adiknya yang menderita leukimia itu tambah sekarat di ambang kematian??
-BUUUAAAKK!!-
Jiyong melayangkan pukulannya pada pria yang di hadapannya itu.
-BUUUAAAAKK!!-
-BUUUAAAKKK!!-
Jiyong terus memukuli pria itu tanpa mengenal kasihan walaupun pria itu tadi sudah dipukuli olehnya di studio. Si pria juga pasrah saja di pukuli oleh jiyong. Dirinya merasa pantas pukulan bertubi-tubi itu.
-BUUUAAAAKKK!!-
-BUUUAAAKKKK!!-
Tiba-tiba, pintu ruang ICU rumah sakit seoul terbuka. Junsu sang dokter keluar dari ruangan itu dengan muka kaget melihat aksi pemukulan anarkis yang di lakukan oleh jiyong. Buru-buru, ia pun menghentikan aksi jiyong sebelum si pria yang dipukuli itu meninggal di tempat.
“tenanglah, jiyong-ah!! Tenang!! Adikmu berhasil kami semua tangani!! Tenanglah!!” seru junsu menenangkan jiyong. Jiyong melepas tangan junsu yang memegangi tangannya erat dan kemudian meninggalkan kedua cowok itu dingin kedalam ruang ICU.
Author POV end
***
Haaahhh... haaahh... aku dimana?? Hemmm... bau ini?? Dirumah sakit ya?? Pikirku karena kepalaku sakit sekali dan pandanganku sangat buram. Emmmhh, tidak jelas.
“jihwa?” terdengar suara jiyong-oppa di telingaku. Aku meraba-raba sebelah kiriku karena aku merasa suara itu terdengar dari sebelah kiri dan... hup!! Aku dapatkan sebuah tangan dingin dengan sebuah cincin berada di ibu jarinya. Hemm... ini benar! Pasti jiyong-oppa!!
“jiyong-oppa?”
“ne...” ia membelai kepalaku yang kosong itu. Aku tersenyum dan pandanganku mulai menjelas.
“oppa, aku kira aku akan mati tadi...” kataku jujur.
Oppa tersenyum dengan mata berkaca-kaca menahan sedih. “jangan bilang kau akan mati...” katanya sambil mengecup keningku. Haaahh... aku jadi ingin menangis.
-tok-tok-
Pintu ruang ICU terketuk. Muncullah seunghyun oppa dengan wajah memar-memar sehabis berkelahi tersenyum terpaksa menatap kearahku. Aku menatap kehadirannya dengan penuh kekagetan karena tak menyangka ia ada disini dan ia juga menatapku kaget karena aku tak punya rambut.
Tuhan... ia pasti jijik melihatku!! Ia pasti membenciku!! Mana ada gadis di dunia ini hidup tanpa rambut sepertiku?? Aku menundukkan kepalaku malu.
“mianhae aku tak datang...” kata seunghyun-oppa dengan nada pelan. “ehm, apakah kau masih mau kencan denganku?”
Aku mengangkat kepalaku kembali menatap seunghyun-oppa lalu bergantian menatap jiyong-oppa yang menatapku lirih. Oppa, apakah kau sudah memberitahu seunghyun-oppa kalau aku adikmu?
“bagaimana? Sepertinya, kakak kelasmu itu mengincarmu soalnya...” seunghyun-oppa berusaha bergurau namun tak ada yang tertawa. “kalau kau mau, aku takkan mengecewakanmu...”
“apakah kau mengajakku kencan karena aku ‘seperti ini?’” tanyaku padanya sambil menunjuk diriku yang berpenyakitan seperti ini.
“anni...” seunghyun-oppa menggelengkan kepalanya. “aku mengajakmu kencan karena aku tak bisa datang kencan hari ini...” Aku sedikit bergembira dalam hati karena ia mengajakku kencan bukan karena kasihan, tapi karena ia tak bisa datang.
Kemudian, aku menatap jiyong oppa yang ada di hadapanku. Berbisik kecil padanya, “apakah aku boleh kencan dengannya?”
Dan ia menjawab, “ku ijinkan, tapi kalau sesuatu terjadi padamu aku akan membunuhnya. Lihat saja, aku akan mengawasi kalian berdua!” Aku benar-benar gembira kali ini. Jiyong-oppa mengijinkanku!!
***
Hari ini hari natal, sekaligus hari kencanku dan hari ini, aku mengenakan wig hitamku (yah, seperti biasa – wig coklat kemarin terkena darahku). Junsu-oppa menasihati seunghyun-oppa yang menjemputku agar segera membawaku kembali ke rumah sakit begitu cuaca mulai mendingin atau kemungkinan terburuk jika aku tidak segera di bawa ke rumah sakit adalah keadaanku bisa seperti kemarin.
Seunghyun-oppa mengangguk mengerti dan kami ber-dua pun kemudian pergi jalan-jalan naik mobil seunghyun-oppa dengan pemanas mobilnya menyala.
“kau mau kemana?” tanya seunghyun-oppa ramah padaku. Aku menatapnya yang sedang menyetir itu.
“seterah... oppa mau membawaku kemana?”
“hemm... mau main ke apartement-ku?” seunghyun-oppa mengusulkan diri agar aku main ke apartemennya.
Baiklah, kenapa tidak? Dan kami pun main di apartemennya hingga sore tiba dan jiyong-oppa menyuruhku kembali kerumah sakit dengan alasan sudah sore dan takut aku kenapa-kenapa.
Akhirnya, seunghyun-oppa pun mengantarku pulang ke rumah sakit namun aku menyuruhnya untuk mengantarku ke taman kota. Karena aku ingin berjalan dengannya melewati pohon natal terbesar yang ada di taman kota yang merupakan mimpiku jika aku punya pacar nanti sewaktu kecil. Namun, mimpi itu belum pernah tercapai hingga kini. Maka dari itu, saat inilah yang tepat!!
Keluar dari mobil seunghyun-oppa, oppa tiba-tiba langsung menghampiriku dengan cepat dan menggandeng tanganku dengan erat. Tangannya hangat membuat mukaku merona. Tuhan... terima kasih telah memberiku kesempatan seperti ini...
“cuaca mulai mendingin, kita kembali saja ya?” ajak seunghyun-oppa karena merasakan angin mulai bertiup dingin.
Aku mengembangkan senyumku meyakinkannya bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari angin dingin itu. Karena sayang sekali jika kami berdua harus kembali ke mobil, di depan kami sudah ada pohon natal besar itu.
“ayolah, oppa!! Setelah melewati pohon natal besar itu, baru kita kembali ke mobil!” kataku padanya. Seunghyun-oppa tersenyum terpaksa – mengalah. Lalu, aku mengembangkan senyumku bahagia setelah berhasil bergandengan tangan dengan seunghyun-oppa melewati pohon natal besar itu. Mimpiku tercapai!! Mimpiku berkencan dengan seunghyun-oppa pu tercapai!! Tuhan... terima kasih banyak telah memberiku waktu mewujudkan mimpi-mimpiku... aku mencintaiMu Tuhan...
-DEG!!-
Tiba-tiba kurasakan sebuah dentuman hebat di jantungku yang membuatku ingin berteriak keras. Tuhan... ada apa ini?
-DEEEGGG!!-
Dentuman itu semakin hebat dan mulai membuat jantungku merasa kesakitan dan aku kesulitan untuk bernafas.
-DEEEEGGGGG!!-
TUUHAAAAAAANNN!!
***
Author POV
Jihwa yang sedang bergandengan tangan dengan seunghyun di belakang pohon natal besar itu tiba-tiba meremas pegangan tangan seunghyun yang membuat seunghyun terbelalak kaget. Ada apa ini?? Ada apa dengan jihwa??
-BRRUUUKK-
Tubuh jihwa perlahan ambruk ke tanah yang membuat seunghyun bertambah kaget. “jihwa!!” seunghyun memanggil nama jihwa. “jihwa!” Jihwa menggenggam tangan seunghyun erat. Airmata mulai mengalir dari bolamata gadis itu.
“aku harus pergi, oppa...” kata jihwa yang membuat seunghyun berkaca-kaca.
“jangan jihwa! Kau jangan pergi! Jangan pergi sekarang!!” seru seunghyun tidak merelakan jihwa pergi.
“tapi aku harus pergi, oppa...” jihwa berkata pelan. “aku harus pergi... terimakasih telah mengabulkan mimpi-mimpiku di hari natal... kau sangat baik...”
“anni, aku jahat!! Kumohon jangan pergi, jihwa! Jangan!!” teriak seunghyun beruraian airmata tidak ingin kehilangan jihwa.
Namun terlambat, dan takdir tidak bisa diubah. Gadis itu terlanjur menutup matanya dan pergi ke alam lain. Seunghyun menangisi gadis itu histeris dan memeluk tubuh yang mulai mendingin itu. “jihwaa...”
***
Epilog
“hemm... seunghyun-oppa, maukah kau berkencan denganku?” tanya seorang gadis pada seunghyun ketika dirinya baru saja keluar dari sebuah restoran bersama jiyong dan kekasihnya, hyesang yang merupakan suster dulu yang merawat adiknya jiyong – jihwa waktu di rumah sakit seoul.
Seunghyun menatap gadis itu seksama. “boleh, kau mau kita kencan kapan?” Si gadis itu tersenyum antusias.
“benarkah oppa?? Hemm... besok oppa ada acara tidak?”
“anni...” seunghyun membalas senyuman gadis itu. Gadis itu tambah antusias.
“baiklah, besok ya oppa!! Di taman kota pukul 5 sore!!” kata gadis itu benar-benar girang.
Seunghyun tersenyum menganggukkan kepalanya. “oke, tunggu aku ya!” sahut seunghyun sambil melambaikan tangan pada gadis yang mulai pergi menjauhi dirinya, jiyong dan hyesang itu. “oh ya, siapa namamu?”
“kim yuseong!!”
“baiklah yuseong, daah!!”
Jiyong menatap seunghyun dengan tatapan meremehkan, lalu ia rangkulkan tangannya pada bahu hyesang sambil berkata, “kau akan datang ke tempat kencannya besok?”
“yah, kenapa tidak?” kata seunghyun sambil mengembangkan senyumnya.
END
***
n/a: sori kalo gaje haha. masih amatir