Minggu, 13 November 2016

Sex And The CIty

"Sex And The City" sebuah film yang rilis pada tahun 2008 lalu yang menceritakan tentang empat perempuan usia 40 tahunan yang bersahabat dan memiliki konflik masing-masing.
Pertama kali gue nonton film ini adalah saat gue masih kelas 2 SMP, gue nonton bareng Everson dan Dyani dan gue sempat mengira kalau film ini adalah film biru karena judulnya mengandung kata seks.
Padahal film itu bukan film biru. LMAO
Jadi ceritanya, sekian tahun berlalu, pada tahun 2016 ini tiba-tiba aja ada niatan untuk kembali nonton film Sex And The City yang ternyata ada sekuelnya di tahun 2010. Begitu gue tonton ulang, gue ngerasa jatuh hati sama persahabatan mereka. Mereka berteman sejak mereka masih usia 20 tahunan hingga sekarang mereka berusia diatas 40 tahun. Permasalahan diantara mereka pun beragam dan cukup kompleks seperti permasalahan orang dewasa pada umumnya. Seperti tanggung jawab pada anak, me time, dan kesetiaan pada pasangan.
Lanjut dari situ, ternyata Sex And The City ini ada tv seriesnya yang mengudara dari tahun 1998 sampai 2004. Setelah perjuangan sana-sini akhirnya gue pun dapat tv seriesnya dan kembali jatuh hati sama mereka. Gue suka karakter-karakter yang ada di sana yang menurut gue sangat kaya. Carrie Bradshaw si penulis yang bebas. Samantha Jones si PR yang feminis. Miranda Hobbes si pengacara yang mandiri. Charlotte York si art gallery dealer yang (paling tidak) sedikit polos.
Diantara keempat tokoh itu, gue paling suka Samantha Jones. Samantha adalah seorang feminist sejati meskipun gak pernah disampaikan di film ataupun tv seriesnya. Tapi dia seolah mengatakan kalau perempuan itu mempunyai hak yang sama dengan laki-laki. Samantha sangat suka seks dan ia sering melakukan seks seperti yang pria lakukan (abis maen terus pulang, ngomong "I'll call you" but never call). Dia tokoh yang gak percaya sama pernikahan dan relationship. Saat Carrie mau nikah sama Mr Big di SATC The Movie, dia kaget dan mengatakan kalau Carrie masuk list "teman yang gak akan menikah", dan ia sempat beragumen hebat saat Charlotte mengatakan akan menikah.
Tapi diantara semua itu, gue suka dengan tv seriesnya karena menyajikan sesuatu yang menginspirasi buat gue. Carrie sebagai penulis seringkali melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang menjadikan sebuah dasar cerita per-episode sehingga tidak salah kalau ada orang yang bilang SATC ini adalah kitab suci para wanita tentang cinta, persahabatan, keluarga, dan seks.
Mengacu pada judulnya, herannya seks yang ada di tv series dan filmnya, berbeda dengan seks-seks yang pernah kita tonton di suatu film (bukan film biru yaaa). Seks di sini sudah menjadi bagian gaya hidup mereka. Mereka bisa jadi bertemu di suatu tempat dengan cowok asing yang keliatannya keren, ajak pulang ke rumah, dan -boom-. Tapi itu semata-mata karena seks sudah menjadi gaya hidup mereka. Seks bukan hal yang sakral (kecuali untuk Charlotte, dia menganggap seks adalah hal yang sakral dan karena itu ia sering bertengkar dengan Samantha yang menganut seks bebas).
Tapi di samping itu, gue benar-benar suka dengan setiap episodenya yang menampilkan permasalahan-permasalahan umum yang biasanya sering terjadi dalam cinta, persahabatan, keluarga, dan seks. Seperti contohnya, pada episode Hot Child in The City (Season 3) membahas tentang anak-anak yang berperilaku dan bergaya seperti orang tua sedangkan orang yang sudah tua masih menyukai sesuatu yang kekanak-kanakkan.
Sekali lagi, gue terkadang masih suka terinspirasi sama tv series SATC ini meskipun yah kadang suka ada kritik negatif-_- Well mungkin karena mereka gak pernah nonton atau judge by its name.

P.s sori keterbatasan waktu karena mesti kuliah-_-

Minggu, 25 September 2016

#entahlah Ibuku

Kalau disuruh untuk menuliskan tentang Ibu, lebih baik aku segera kibarkan bendera putih. Sejak pertama kali aku bisa menulis, aku paling tidak bisa menulis tentang Ibu. Ide tentang Ibu selalu berputar-putar di otakku dan tidak pernah konstan. Mungkin saat ini Ibu seperti malaikat yang turun dari langit dan diciptakan untukku, tapi keesokkan harinya, Ibu bisa berubah menjadi iblis jahat dari neraka yang bertugas untuk memberi siksaan kepada umat-Nya. Gambaran seorang Ibu di benak setiap orang pasti berbeda-beda, begitu pula dengan ide seorang Ibu di pikiranku.
Ibuku adalah orang yang mandiri. Sejak dulu ia selalu menceritakan kisahnya saat masih susah dulu. Ia anak keempat dari sembilan bersaudara. Ia bercerita kalau ia tidak pernah meminta yang aneh-aneh pada kakekku, bahkan ia meraih gelar sarjana dengan uangnya sendiri. Meskipun begitu, Ibuku orangnya kurang tegas dan cenderung tidak tegaan. Ia menikah dengan ayahku bukan karena cinta, namun karena tidak tega (setidaknya, itulah pikiranku). Ayahku pada suatu hari, datang tiba-tiba ke rumah Ibuku dan melamar Ibuku dengan segenap keluarga besarnya. Ibuku bilang saat itu tante-tanteku mengatakan kalau Ibuku memberi dampak yang positif terhadap Ayahku dan sangat memohon agar mau menikah dengan Ayahku. Mereka pun menikah, lalu lahirlah kakakku dan aku, dan selang lima belas tahun kemudian, mereka bercerai, dan beberapa tahun setelahnya, Ibuku menikah lagi.
Kalau ditanya seperti apakah Ibuku mendidikku, aku akan menjawab Ibu mendidikku untuk jadi pribadi yang mandiri seperti dirinya. Ibuku tidak pernah mengajariku memasak, menyapu, mengepel, mencuci baju, mencuci piring, dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Kalau aku disuruh dan aku tidak bisa melakukannya, beliau bukannya mengajariku malah bilang seharusnya aku memperhatikannya kalau dia sedang melakukan hal itu.
Ibuku juga tidak pernah menuntutku agar menjadi orang yang berprestasi. Beliau terlalu sibuk mengurusi prestasi anak-anak lain di sekolah. Yang penting aku tidak tinggal kelas, mungkin itu yang ada dipikirannya.
Tidak seperti orangtua lainnya yang cerewet pilihan sekolah atau universitas anaknya, Ibuku memberikan sepenuhnya pilihan padaku. Sejak aku Sekolah Menengah Pertama, akulah yang berwenang mengurusi segala macam tetek-bengek urusan akademisku. Sampai terkadang, wali kelasku enggan membagikan buku raport padaku karena ketidakhadiran orangtuaku saat mengambil raport sehingga aku suka memohon agar kakekku yang datang ke sekolah mewakili orangtuaku.
Kebebasan yang diberikan Ibuku termasuk pada kebebasan bermain. Aku suka bermain dengan teman-teman. Terutama bermain di malam hari, karena kalau siang hari cuaca sangat panas di kota tempatku tinggal. Ibuku tidak pernah melarangku untuk bermain kecuali cuaca sedang hujan. Tidak seperti orangtua lainnya yang khawatir pada puterinya, Ibuku hanya akan mengirimi pesan "Sudah malam" ketika waktu sudah lewat pukul sepuluh malam.
Ibuku benci kalau aku seharian duduk di depan laptop, meskipun sudah kukatakan padanya bahwa aku sedang menulis sesuatu atau sedang menonton film untuk mencari ide sebagai bahan tulisan, tapi tetap saja, ia tidak mengerti jalan pikiranku. Dia juga benci kalau aku seharian membaca buku meskipun itu adalah hobiku selain menulis. Padahal pernah suatu ketika ia mengirimiku pesan tentang manfaat membaca buku.
Ibuku adalah seorang pejuang. Meskipun kuakui banyak kekurangan yang ada pada dirinya, tapi ia mampu berjuang membuktikan dirinya kalau ia mampu. Ia mampu menghidupi keluarga kecil kami, hingga aku dan kakakku meraih gelar sarjana. Walaupun mungkin bagi dirinya, aku adalah anak yang tidak tau diri. Tapi yang aku sukai darinya adalah ia percaya padaku. Ia percaya bahwa aku mampu membuat keputusan untuk diriku sendiri dengan tidak mencampuri pilihanku (well, walau ia masih suka berkomentar soal caraku berpakaian). Yah walau bagaimanapun juga, aku suka dipercaya. Kepercayaan lebih penting dari apapun (setidaknya itu menurutku). Jadi intinya, terima kasih telah percaya padaku (meskipun kau tidak merasa demikian, mom).

Salam,
Puterimu

Sabtu, 20 Agustus 2016

#CerpenAjah Lucid Dream

Lucid Dream
**
20 Januari 2014
Hai, mungkin ini terdengar sedikit gila. Tapi aku rasa aku harus menulisnya. Akhir-akhir ini, aku mengalami mimpi buruk. Tidak begitu terlalu buruk sebenarnya, hanya sedikit menakutkan. Beberapa hari yang lalu aku bermimpi aneh. Ceritanya saat itu aku sedang bermain bersama teman-temanku dan tiba-tiba saja semuanya berubah menjadi gelap. Lalu, ada laki-laki bertopi lebar membawa gergaji mesin berusaha menyerangku dan teman-temanku. Aku berlari sekuat tenaga dari kejaran laki-laki itu dan kusadari bahwa di tempat itu aku sendirian dan pria itu hanya mengejarku. Ia tersenyum lebar menyeramkan dan aku benar-benar sangat ketakutan. Herannya, aku tau kalau saat itu aku sedang bermimpi sehingga aku berteriak keras di dalam hatiku agar aku bangun. Dan kemudian aku terbangun.
Aku berada di kamarku. Aku pun segera berjalan keluar kamar dan rumahku dalam kondisi gelap. Dapat kulihat ibuku sedang berdiri di depan pintu rumah dengan pintu terbuka lebar sambil memandang langit yang begitu gelap seperti ingin turun hujan. Lalu tiba-tiba saja aku merasa ketakutan. Aku masih berada di dalam mimpi! Ini tidak nyata! Aku kembali masuk ke kamar dan takut bahwa aku tidak bisa kembali ke dunia nyata. Aku pun segera berbaring kembali ke tempat tidurku, memejamkan mataku dan kemudian aku kembali ke dunia nyata.
Sejak saat itu, aku selalu merasa takut bila ingin tidur. Aku takut kalau aku tertidur, aku akan masuk ke dunia mimpi menyeramkan itu lagi dan tidak bisa terbangun. Sungguhan, aku sangat takut.
Aku ceritakan hal ini pada ibu dan kakak perempuanku, tapi mereka tidak ada yang percaya dengan ceritaku. Menurut mereka, aku terlalu banyak membaca cerita misteri. Padahal kenyataannya tidak seperti itu, aku sangat takut pada cerita-cerita seperti itu.
**
23 Januari 2014
Aku ceritakan tentang mimpi anehku itu pada sahabatku, Risa, lalu ia bilang bahwa ia pernah membaca di internet tentang hal tersebut. Katanya, kalau aku bermimpi seperti itu lagi, aku jangan pernah keluar dari kamarku. Aku harus tetap di dalam kamarku, karena bisa saja ‘makhluk lain’ memakai tubuhku seperti yang terjadi di film Insidious. Aku setengah-percaya padanya, karena ia terkadang terlalu percaya pada hal-hal mistis aneh seperti itu.
Risa sempat bilang, kalau aku bertahan sebentar lagi saja di mimpiku itu, aku bisa melakukan sesuatu yang bernama lucid dream. Kata Risa, lucid dream adalah dimana kita bisa menciptakan mimpi sesuai keinginan kita, seperti di film Inception. Aku memang sempat membaca, kalau mimpi yang seperti di film Inception adalah sungguhan, tapi aku tidak mempercayainya. Bagaimana mungkin kita bisa membagi mimpi kita pada orang lain?
**
24 Januari 2014
Aku bermimpi hal itu lagi. Namun seperti apa yang Risa katakan, aku tidak keluar kamar. Aku hanya berbaring saja di kamar dan memejamkan mataku. Lalu, ketika aku membuka mataku, aku berada di sebuah lorong panjang yang hitam dan gelap dimana di ujung lorong tersebut ada cahaya putih yang begitu menyilaukan.
Aku sangat takut, jadi aku putuskan untuk memejamkan mataku dan berteriak di dalam hati agar terbangun. Aku pun terbangun. Dan saat aku melihat jam, jam menunjukkan pukul 22.10. Artinya aku hanya tertidur selama sepuluh menit.
**
27 Januari 2014
Risa selalu menjadi teman yang mau mendengarkan omong kosongku. Teman-temanku yang lain hanya menganggap bahwa ceritaku itu menarik namun langsung mengalihkan pembicaraan kepada topik yang lain, seperti pacar, orang menyebalkan di kelas, guru yang menyebalkan, ataupun artis yang sedang beken. Bukannya aku tidak menyukai hal-hal seperti itu, tapi seleraku dan mereka sangat berbeda. Mereka menyukai yang orang-orang banyak sukai, seperti One Direction, Justin Bieber ataupun Maroon 5. Sedangkan aku lebih menyukai Jesse James, penyanyi pop Inggris yang menyanyikan lagu Fly Without You itu, sama seperti Risa.
Tadi, sepulang sekolah, aku pun menceritakan pada Risa mimpi yang aku alami beberapa hari yang lalu dan ia mengatakan padaku bahwa aku seharusnya pergi ke ujung lorong yang ada cahaya putih yang menyilaukan itu. Kukatakan padanya, bahwa aku terlalu takut karena disana gelap sama sekali. Tapi ia bilang, bahwa diujung sana adalah lucid dream. Aku bisa membangun mimpiku disana.
Aku pun bilang pada Risa, kalau mimpi itu hanya berdurasi sepuluh menit, padahal aku merasa sudah lama sekali disana. Lalu Risa bilang, kalau mimpi memang terasa lama sekali karena otak kita bekerja dengan sangat cepat (karena mimpi adalah ciptaan dari otak kita). Entahlah, aku rasa pernah mendengar hal seperti itu di film Inception.
**
28 Januari 2014
Aku mimpi kembali di lorong gelap itu dan berlari menuju cahaya putih yang menyilaukan itu. Namun semakin aku berlari, cahaya putih itu semakin menjauh. Aku pun merasa lelah dan memutuskan untuk bangun. Kemudian aku segera mengirim Risa pesan yang mengatakan bahwa cahaya di ujung lorong itu seperti bergerak menjauhiku dan aku tak kuat untuk mengejarnya lagi.
Paginya, Risa membalas pesanku dan bilang akan berkunjung ke rumahku besok.
**
29 Januari 2014
Risa berkunjung ke rumahku sore ini sepulang dari les bahasa Inggrisnya. Aku pun segera menceritakan mimpiku kemarin dan Risa bilang aku harus mencoba mengendalikan cahaya putih itu agar mendekatiku. Aku bilang aku tidak tau caranya, tapi Risa bilang aku setidaknya harus mencoba hal itu.
Kunjungan Risa hanya sebentar saja, ia harus segera pulang karena ada tugas. Katanya hari sabtu ini ia akan menginap di rumahku.
**
4 Febuari 2014
Risa datang menginap hari sabtu lalu, kami mengobrol hingga larut malam dan baru tertidur pukul 3 pagi. Aku bermimpi sedang di lorong gelap dengan cahaya putih menyilaukan di ujungnya. Seperti kata Risa, aku mencoba mengendalikan cahaya putih itu agar mendekatiku namun tidak bisa. Sepertinya itu di luar kemampuanku, jadi aku kembali berlari kearah cahaya itu. Dan saat itulah, tiba-tiba saja aku berhasil menjangkau cahaya putih itu dan tiba-tiba berada di sebuah taman bunga yang sangat indah. Matahari bersinar terang namun tidak terasa terik. Kupu-kupu berwarna-warni dan berterbangan. Aku dapat mendengar suara kicauan burung di pepohonan yang berada tidak jauh dari taman bunga itu.
Kemudian aku melihat Risa, sedang berjalan bergandengan tangan dengan seorang pria tidak dikenal. Aku berteriak memanggilnya, lalu Risa dan pria itu menoleh. Risa tersenyum padaku dan bilang kalau aku berhasil masuk ke lucid dream. Dan begitu kusadari, pria yang sedang bersama Risa adalah Zayn Malik, personil dari One Direction itu!
Risa kemudian menghampiriku dan menceritakan padaku bahwa ia sejak dulu sudah masuk ke lucid dream, itu sebabnya ia tau banyak. Namun tidak ada yang peduli pada ceritanya hingga akhirnya ia diam saja dan baru mulai berbicara ketika aku bercerita padanya. Risa bilang, sekarang tidak ada yang perlu ia rahasiakan lagi dariku. Ia juga bilang bahwa ia sangat menyukai dirinya di dalam lucid dream karena ia bisa memiliki apa yang bisa ia inginkan.
Aku mengatakan padanya bahwa ini hanya mimpi. Ia mengangguk setuju, “iya ini mimpi. Mimpi yang indah.” Katanya. Kemudian, Zayn Malik yang ada di genggamannya hilang dan semuanya berubah menjadi gelap dan kemudian aku terbangun. Begitu aku lihat, aku berpegangan tangan dengan Risa yang juga sudah bangun dari mimpinya. Sehabis itu ia tidak banyak berbicara dan pulang pada sore harinya.
Aku sedikit rada takut kalau Risa terlalu asik dengan dunia mimpinya.
**
7 Febuari 2014
Ibu Risa menelpon kalau Risa menjadi sedikit aneh. Katanya ia sering tertidur dalam waktu yang lama sekali bahkan sudah beberapa hari ini membolos sekolah. Itu terjadi setelah ia berkunjung ke rumahku. Aku rasa aku tau penyebabnya.
Besok aku akan mengunjunginya.
**
10 Febuari 2014
Sabtu lalu aku ‘sengaja’ menginap di rumah Risa agar bisa masuk ke lucid dreamnya. Ibuku sebenarnya menentangku untuk menginap disana karena akan merepotkan keluarga Risa, tapi aku bilang padanya bahwa aku sebisa mungkin tidak akan merepotkan mereka malahan aku akan membantu menjaga Risa.
Saat aku datang ke rumah Risa, Ibunya menyambutku dan mengatakan bahwa Risa tidak bangun sejak kamis lalu. Ibunya sudah memanggil dokter tapi kata dokter, ia tidak apa-apa. Aku pun segera masuk ke kamar Risa dan melihat ia sedang tertidur pulas. Aku segera memegang tangannya dan berusaha tertidur. Butuh waktu yang sedikit lama agar aku bisa tertidur karena aku tidak mengantuk.
Akhirnya, aku pun sampai di lorong gelap itu dan masuk ke cahaya putih itu. Kali ini bukan taman bunga, melainkan sebuah ruang tamu dengan perabotan lengkap mewah. Dinding ruang tamu itu bercat putih dengan langit-langit ruangan yang tinggi. Lalu, Risa tiba-tiba muncul memanggilku. Ia menatapku sedikit kaget karena aku berada di mimpi buatannya.
Ia menanyaiku macam-macam dengan nada bicara yang sedikit marah dan tiba-tiba saja senior Dhika hadir mengenakan pakaian kantoran sambil menggendong seorang anak kecil laki-laki berusia sekitar 3 tahun. Aku bertanya pada Risa apa maksud dari mimpinya ini karena senior Dhika adalah pacar kakaknya, tapi Risa malah mendorongku jatuh yang membuatku tiba-tiba saja terbangun. Kemudian Risa pun terbangun dan menatapku marah karena sudah memasuki mimpi yang telah dibangunnya susah payah.
Kami bertengkar hebat. Risa terobsesi dengan hal-hal yang tidak bisa dimilikinya karena itu ia berusaha mempelajari tentang lucid dream dan senang berada di sana. Tapi kukatakan padanya, seindah apapun lucid dream, itu bukanlah kenyataan. Risa menyuruhku keluar dari rumahnya tapi aku menolak. Disaat itulah, Ibu Risa masuk dan bersyukur karena berkat kehadiranku Risa terbangun kembali. Ibunya sempat menanyai Risa macam-macam namun Risa berbohong tentang apa yang terjadi. Kemudian, ia menyuruh Risa untuk makan karena sudah berhari-hari Risa tidak makan dan minum apapun. Risa pun menurut.
Tengah malam, Risa tiba-tiba membangunkanku dan mengatakan bahwa perkataanku benar. Seindah apapun lucid dream, itu bukanlah kenyataan. Aku senang dengan perkataannya. Syukurlah.
Esok paginya, kami berdua memutuskan untuk lari pagi di taman dan bertemu dengan teman laki-lakiku sekolahku. Aku dan Risa beda sekolah, tapi ia mengenal hampir semua temanku. Teman-temanku juga mengenal Risa karena mereka pernah satu sekolah di SMP yang sama. Mereka sempat berbasa-basi dan mengajak Risa kencan sabtu minggu depan. Ya, kuakui Risa memang lumayan menarik. Tapi Risa menolak ajakan itu dengan alasan hari senin mau ada ujian, padahal aku tau ia berbohong. Risa kemudian bilang padaku kalau ia masih belum bisa move on dari laki-laki di dalam lucid dream. Aku hanya bisa memanggilnya bodoh.
Sore harinya, aku pulang ke rumah dan mengatakan pada ibuku bahwa Risa sudah sadar dan ia senang mendengarnya. Setelah mengerjakan tugas bahasa, aku pun segera pergi tidur sambil terus membayangkan lucid dream. Dan tidak perlu waktu lama, aku berada di lorong gelap itu dan masuk ke cahaya putih tersebut. Namun tidak ada taman bunga ataupun ruang tamu, semuanya kosong, hanya ada ruang hampa berwarna putih.
Aku pun memejamkan mataku, mencoba menggambarkan di otakku sebuah padang rumput yang luas dengan sebuah pohon besar di tengah-tengahnya dengan matahari bersinar benderang namun tidak menyengat. Lalu angin bertiup sepoi-sepoi dan rambutku bergerak mengikuti arah angin. Kemudian aku merasakannya, angin bertiup pelan menyentuh rambutku dan aku membuka mataku, apa yang aku bayangkan menjadi kenyataan!
Aku tertawa di dalam hati dan mencoba membayangkan Jesse James hadir dan menggenggam tanganku. Kemudian aku merasa tanganku sedang digenggam seseorang dan ketika aku menoleh, Jesse James berdiri di sana. Aku pun teriak tidak percaya, idolaku berada di sebelahku! Jesse James tersenyum dan memelukku erat dan mengatakan bahwa ini bukanlah mimpi. Tubuhku terasa lemas ketika Jesse James bilang bahwa aku adalah gadis yang selama ini ia cari. Aku menangis tidak percaya tapi ia menenangkanku. Kemudian ia menggenggam tanganku dan mengajaknya pergi ke apartemennya di London.
Aku masuk ke apartemennya yang sangat mewah dan ia mengajakku untuk tinggal bersamanya. Aku bilang aku tidak bisa karena aku masih sekolah tapi ia bilang itu bukan masalah karena aku bisa melanjutkan sekolahku di sini bersamanya. Ia kemudian memelukku erat dan menggendongku ke atas tempat tidurnya.
Oh aku tidak bisa menceritakan hal itu di sini. Itu terlalu vulgar.
Lalu kemudian tiba-tiba saja, aku merasa terjatuh tanpa sebab dan terbangun di kamarku. Masih pukul lima pagi dan kemudian aku memutuskan untuk menulis jurnal ini. Oh entahlah, aku tidak tau kalau lucid dream begitu asik dan nyata. Aku jadi mengerti alasan Risa enggan bangun dari lucid dreamnya.
**
14 Febuari 2014
Risa mengganggu duniaku. Dia menyuruhku untuk berhenti. Kau yang seharusnya berhenti menggangguku, Ris! Jangan mengganggu hidupku!
**
20 Febuari 2014
Hidupku bukan di sini. Selamat tinggal.
**
16 Agustus 2014
Ini aku, Risa. Aku memutuskan untuk mengakhiri jurnal ini karena aku yang menyarankan pada Liza untuk menulis jurnal ini ketika ia cerita padaku tentang mimpi buruk dan aneh yang dialaminya. Seperti yang kalian tau, Liza tidak ingin keluar dari lucid dream yang dibuatnya. Itu terjadi sejak terakhir kali ia menulis jurnal ini. Aku ditelepon oleh Ibu Liza pada tanggal 12 Febuari, beliau bilang bahwa Liza tidak bangun-bangun setelah beberapa kali dibangunkan. Ia menghubungi dokter namun dokter bilang ia tidak apa-apa. Beliau bilang mungkin aku tau penyebabnya. Aku pun segera pergi ke rumah Liza dan menemukan jurnal ini di meja belajarnya. Ternyata benar dugaanku, ia terjebak di lucid dream buatannya.
Aku berulang kali mencoba memasuki lucid dream Liza, namun gagal. Dia seperti memasang perisai yang tidak bisa ditembus siapapun yang mencoba masuk ke dalam lucid dream miliknya. Setiap hari aku selalu datang ke rumah Liza, mencoba menembus perisai tersebut tapi tetap tidak berhasil. Tubuh Liza makin lama makin kurus dan dipasang berbagai selang agar tubuhnya tetap dalam kondisi yang stabil. Tapi itu tidak berlangsung lama, orangtua Liza tidak sanggup lagi membayar peralatan rumah sakit hingga akhirnya memutuskan untuk mengakhiri perawatan Liza pada bulan Juli. Liza yang malang itu masih tetap hidup namun akhirnya tubuhnya menyerah pada tanggal 15 Agustus kemarin.
Aku sangat menyayangkan keputusan Liza yang bodoh itu. Padahal ia yang mengatakan padaku, ‘lucid dream itu indah, tapi itu bukan kenyataan.’ Dasar Liza bodoh! Padahal aku sudah meninggalkan dunia itu! Kenapa malah kamu yang tinggal disana!! Bodoh!! Aku sangat membencimu!! Bodoooooohhhhh!!!!!!!!
**
Catatan penulis:
Akhirnya Risa membuang jurnal milik Liza setelah beberapa kali ia memimpikan Liza yang mengatakan padanya bahwa ia bahagia tinggal di lucid dream dan Risa harusnya tetap disana juga. Risa tidak tahan dan karena tidak bisa membakarnya (karena itu kenangannya dengan Liza),ia memutuskan untuk membuangnya di tempat sampah yang jauh dari rumahnya. Dan kemudian, penulis menemukan jurnal ini (tertera nama lengkap Liza di jurnal ini sehinga penulis bisa menelusuri kediaman Liza dan menemukan Risa untuk meminta keterangan tentang jurnal ini dan menjadikannya sebuah cerita untuk dipublikasikan).

*nama Risa dan Liza bukan nama sebenarnya (atas permintaan Risa sebelum cerita ini dipublikasikan).

--12/06/15--

Kamis, 18 Agustus 2016

#CerpenAjah Setiap Tanggal Enam

Ia selalu datang setiap tanggal enam. Memesan minuman yang sama dan duduk di tempat yang sama. Herannya, setiap kali ia datang, tempat duduknya selalu kosong.
Ia selalu mengenakan celana jeans usangnya yang sudah memudar, rambut dicepol berantakan ala kekinian, dan membawa sebuah ransel hitam yang kelihatannya penuh.
Aku sudah mengamatinya sekitar tujuh bulan ini. Mengamati gerak-geriknya dan kenapa ia selalu datang hanya di tanggal enam dan memesan pesanan yang sama. Tapi aku tidak menemukan jawabannya. Pengamatanku tidak membuahkan hasil dan aku terlalu pengecut untuk bertanya. Lagipula, ia akan berpikir kalau aku ingin ikut campur urusannya. Tapi jujur saja, aku tertarik padanya.
Selama tujuh bulan ini, yang aku tau hanyalah namanya, Eri. Itu terjadi saat tempat aku bekerja saat ini sedang penuh-penuhnya dan kami membutuhkan nama pelanggan ketika pesanannya sudah siap. Di saat itulah aku tau namanya, Eri. Suaranya sedikit serak namun terdengar jelas, meninggalkan sedikit kesan kalau ia pribadi yang suka berbicara. Dan suaranya terdengar manis.
"Menunggu si tanggal enam ya?" Tanya Aa, rekan kerjaku. Meskipun kami sudah mengetahui namanya, entah mengapa kami masih suka menyebutnya dengan si tanggal enam. Tanggal enam seolah sudah melekat pada imej Eri.
"Gak juga," jawabku berbohong. Aa hanya menyenggol lenganku, ia sudah mengetahui kalau aku tertarik pada si tanggal enam itu. Dan sampai penghujung hari, ketika kedaiku ini ingin tutup, si tanggal enam tidak kunjung datang. Kecewa? Ya, pastinya. Sebelumnya ia selalu datang pada hari ini.
"Masih bisa pesan kan?" Si tanggal enam tiba-tiba hadir. Antara senang karena aku dapat melihatnya, atau kesal karena aku terlanjur sesumbar untuk menyapanya kalau-kalau ia datang hari ini, aku tersenyum gugup dan kaku.
"I-iya, silahkan. Mau pesan a-apa?" Sambutku kaku. Raut wajah tegang seperti ditodong menghiasiku.
"Froyo aja," jawabnya dengan suara serak, manis, ciri khasnya. "Udah mau tutup ya?"
"I-iya," kataku sambil menyiapkan pesanannya. "Mbak ke sini tiap tanggal segini, abis gajian ya?"
Si tanggal enam tersenyum. "Berhasil kejar target," ujarnya sumringah.
"Oalah, selamat ya mbak," aku pun memberikan pesanannya dan ia membayarnya. "Mbak mau duduk dulu atau-?"
"Gak usah, saya mau pulang aja. Ini untuk selebrasi aja kok," seusai mengambil kembaliannya, si tanggal enam pun pergi. Dari kejauhan aku bisa melihat punggungnya yang menjauh dan kecil itu, dengan rambut cepot berantakan kekinian khasnya.
"Cieee, akhirnya ngomong juga sama si tanggal enam!" Goda Aa seusai menutup kedai. Aku hanya tersenyum malu. "Ngomong apa tadi?"
"Ya nanya dia kenapa ke sininya tiap tanggal enam doang,"
"Terus?"
"Katanya selebrasi dia berhasil kejar target,"
"Widih mantap tiap bulan berhasil kekejar terus targetnya," Aa tiba-tiba bertepuk tangan salut. Aku hanya tersenyum hanya mengangkat bahu. Diam-diam aku juga merasa salut. Dia begitu menakjubkan. Padahal tubuhnya kecil.
**
Seusai menutup kedai, seperti biasanya, aku selalu mendapat giliran untuk membuang sampah pada tanggal lima karena pria yang mendapat shift malam pada hari ini hanya aku.
Dan seperti biasanya pula, meskipun sudah hampir tengah malam, tempat pembuangan sampah masih tetap ramai. Tapi anehnya, tidak ada satupun orang yang kukenal di sana.Apakah mereka karyawan baru yang bekerja di sini?
Tiba-tiba saja badanku merasakan rasa sakit yang luar biasa di bagian perut. Seperti ada sesuatu yang menembus perutku. Aku menoleh ke belakang dan kulihat ia berdiri di sana. Si tanggal enam. Di tangannya ada sebuah pisau tajam dan cukup besar yang berlumuran darah.
Ia kemudian menusukku lagi kali ini di bagian dada yang membuatku langsung roboh ke tanah.
"Maaf, aku harus mengejar target bulan ini," katanya. "Padahal kau cukup oke,"
"Target a-apa?" Tanyaku dengan suara tersenggal-senggal. Aku hampir kehabisan nafas. Tapi aku perlu tau apa yang dimaksudnya.
"Target mengumpulkan daging manusia," sekali lagi ia menusuk tubuhku pada bagian kepala yang membuatku tak sadarkan diri dan semuanya berubah menjadi gelap.
**
END
-07/25/16-

#ProjectBerdua Bitch In Pink

I wouldn't know this bitch if I hadn't met the guy who crazy over heel of her.
In that time, I just knew what people knew.
Not what I liked.
I didn't have the special one.
I just adored.
Until this guy talked about this bitch.
The bitch in pink.
I said to him, why her?
He said, she's hot.
Come on, she's fake. She's plastic. She's a bitch.
He said again, you should give her a chance.
Then, I wouldn't listen.
I wouldn't listen what he said for a years.
Until I lost him.
When I started crazy over heel with this bitch in pink.
--
08/18/16

Senin, 11 Juli 2016

Ekspedisi Gila: ANYER

          [11/06] Semua bermula ketika di grup Whatsapp MISTAR yang beranggotakan Gemma, Dyani, dan Everson, merasa sangat suntuk akan banyaknya tugas, kerjaan, dan masalah pribadi yang tak kunjung selesai. 'Kayaknya kita butuh piknik,' kata Gemma yang disambut antusias oleh anggota Mistar yang lain. Setelah merencanakan matang-matang, tujuan mereka adalah air terjun atau pantai karena dipercaya air dapat menghilangkan kepenatan mereka.
          Satu hari sebelum kepergian mereka, akhirnya Mistar memutuskan untuk pergi ke Pantai Anyer dikarenakan letaknya yang tidak terlalu jauh dan terbatasnya uang yang mereka miliki. Mereka pergi dengan mobil yang dikendarai oleh Everson. Mereka lalu mengatur pertemuan pukul 9 pagi yang nyatanya mundur menjadi pukul 10 pagi dikarenakan adanya penambahan anggota yang ikut serta yaitu Kevin.
          Mereka berangkat tepat pukul 10 lewat 10 menit dengan mengandalkan google maps semenjak tidak ada yang tau dimana letak Pantai Anyer. Gemma adalah yang satu-satunya pernah pergi ke sana, tapi saat ia masih sekolah dasar. Tentu saja ia sudah lupa. Perjalanan mereka sempat menemui kendala saat mereka kelewatan masuk tol Jakarta-Kebon Jeruk/Tangerang. Akhirnya mereka memutar arah yang untungnya tidak terlalu jauh dari pintu tol.

left to right: Everson, Dyani, Gemma, and Kevin in the car

          Perjalanan ke Pantai Anyer cukup lancar, namun saat hampir mendekati tempat wisata, jalanan cukup macet. Karena lamanya macet yang terjadi, mulailah sedikit kegaduhan yang dilakukan anggota Mistar di dalam mobil. Mereka mulai meracau tidak jelas dan menyanyikan lagu 'Selamat Ulang Tahun' keras-keras lengkap dengan lagu 'Tiup Lilin' dan 'Potong Kue' meskipun hari itu tidak ada anggota Mistar yang berulangtahun.
          Setelah terbebas dari kemacetan, mereka mulai melihat laut dari kejauhan tapi sekali lagi mereka merasa bingung dimana letak pantainya agar mereka bisa bermain riang. Lalu, di sebelah kanan terdapat tulisan 'PANTAI ANYER 2' yang membuat mereka berpikir bahwa jangan-jangan ini pantainya. Gemma sempat ragu karena ia tidak melihat adanya pantai, namun petugas yang berjaga di sana meyakinkan bahwa terdapat pantai untuk berenang. Akhirnya mereka pun masuk dengan membayar tiket parkir seharga Rp. 75.000. Namun ternyata, pantai yang dimaksud luasnya hanya beberapa meter saja, sisanya karang semua. Tidak ingin uang tiket parkir terbuang sia-sia, akhirnya mereka berfoto-foto ria selama kurang lebih 30 menit dan memutuskan untuk mencari pantai yang lain.
Left to right: Everson (backing the camera), Dyani, Kevin, and Gemma in Pantai Anyer 2
          Sepuluh menit kemudian, akhirnya mereka tiba di 'PANTAI SAMBOLO 2' dengan membayar tiket parkir sejumlah Rp. 75.000. Untungnya, pantai inilah yang mereka tunggu-tunggu. Garis pantainya cukup panjang dan tidak terlalu ramai. Ombaknya cukup besar dan mataharinya tidak terlalu menyengat. Mereka tiba di sana pada pukul 2 siang lebih sedikit.

Pantai Sambolo 2

          Anggota Mistar segera bermain air, kecuali Gemma yang tidak membawa celana ganti. Mereka berjalan di pesisir hingga akhirnya sampai ke private beach milik hotel sebelah. Private beach itu sungguh cantik dengan pasir yang halus berwarna nyaris putih dan laut berwarna hijau kebiruan. Mereka pun segera berfoto-foto ria sebelum akhirnya diusir oleh petugas keamanan hotel tersebut.
Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali pulang pada pukul 4 sore dan 'benar-benar' meninggalkan tempat itu pada pukul 4.30 sore. Di perjalanan mereka merasa lapar, dan karena uang mereka sangat terbatas, mereka berniat makan di KFC di rest area.

Private Beach

Left to right: Kevin, Gemma, Dyani, and Everson in Private Beach

          Jalanan sangat lancar dan saat menemukan rest area sayangnya tidak ada KFC. Mereka pun harus bersabar hingga rest area KM 14 untuk makan di KFC. Selesainya makan di KFC, jalanan kembali ke Bekasi sangat lenggang hingga hanya membutuhkan waktu sekitar 40menit (KM14 Tangerang). Sepanjang perjalanan mereka mulai meracau tidak jelas lagi dan menyanyikan lagu anak-anak seperti 'Burung Kakatua', 'Topi Saya Bundar', dan lain-lain sehingga membentuk satu buah album lagu anak-anak oleh Mistar.
          Perjalanan kali ini sangat menyenangkan khususnya bagi anggota Mistar yang belum pernah ke Anyer dan merindukan pantai. (Gemma)

Kamis, 30 Juni 2016

#ProjectBerdua Si Biru

Sebut aja si Biru.
Usia 22 tahun (mungkin).
Penggila sepak bola.
Rambut acak-acakan.
Kurus. Tinggi.
Gadgetmania.
Perokok akut.

Ia datang ke acara itu dan kau temukan bahwa dia menarik. Dia tidak tampan. Dia memiliki sesuatu yang lain. Dia menjabat tanganmu, mengeluarkan senyum cueknya yang memikat, dan segera melepaskannya. Dia sesekali melirik kearahmu dan kau tau itu karena sesekali kau juga melirik kearahnya. Kalian saling berpandangan tapi tidak terlalu lama, namun saling mengerti bahwa kalian tertarik satu sama lain. Dia tidak berani mengatakan apa-apa padamu, karena ditemukannya kau juga pemalu. Seseorang berceletuk bahwa dia sungguhan tertarik padamu, dan kau balas berteriak dalam hati kalau kau juga. Tapi mulutmu terkunci rapat, hanya menyunggingkan senyum malu.

Kau sebenarnya orang yang impulsif, tapi untuk hal seperti ini kau sangat pecundang. Kau tidak berani bercengkrama ketika yang lain tertawa. Hanya dia yang berani menegurmu seraya berkata, "Kenapa kau diam saja dan tidak tertawa?" Sekali lagi, kau menjadi pengecut karena teman-temannya kembali menggodamu karena si Biru ini benar-benar tertarik padamu.

Sepanjang malam kau terus menjadi pengecut meskipun berulangkali si Biru memberanikan diri mengajakmu berbicara. Lidahmu kelu, tidak mampu mengucapkan kata-kata yang biasanya mudah kau ucapkan. Kau hanya mampu tersenyum, tersenyum, dan tersenyum sepanjang malam layaknya orang bodoh.

"Kalau tersenyum kau manis," katanya pelan saat ia berjongkok di sisimu. Kau tersenyum menunduk tak kuasa menahan malunya dipuji seperti itu. Kali ini tidak terdengar suara ledekan dari teman-temanmu dan temannya, hingga akhirnya dengan suara lirih kau pun berkata, "Terima kasih."

**
30/05

Sabtu, 11 Juni 2016

#SokPuitis Yang Terenggut

Warna putih terhapus dari memoku
Kini hanya tersisa warna hitam yang menggumpal
Aku lupa kapan terakhir kali melukis dengan cat putih
Dan kapan terakhir kali membelinya
Sebenarnya cukup mudah
Aku bisa saja menggunakan penghapus pulpen
Tapi aku terlalu malas karena putih yang dihasilkan tidak akan sama
Tidak akan pernah sama dengan warna putihku
Putihku terenggut dan warna hitam semakin memenuhi halamanku
Tak bisa kembali karena aku kehilangan warna putihku
Apakah diriku yang putih itu bisa kembali?
Bagaimana merebut kembali putihku yang terenggut?

-11/06/16-

#ProjectBerdua Yang Pertama

Kapan pertama kali kau berbicara?
Kapan pertama kali kau berjalan?
Kapan pertama kali kau mandi sendiri?
Makan sendiri?
Minum sendiri?
Keluar rumah sendiri?
Kapan pertama kali kau menangis?
Kapan pertama kali kau tertawa?
Marah?
Benci?
Cinta?
Kapan pertama kali kau membaca?
Kapan pertama kali kau menulis?
Menulis cerita?
Puisi?
Status facebook, line, bbm, facebook?
Blog?
Kenapa yang pertama begitu penting selagi kita bisa membuat yang kedua, ketiga, keempat dan keseratus?

-11/06/16-

Jumat, 15 April 2016

DIMITRI BELIKOV

Hello, how are you guys? /no answer ---silent/
Since my last post, I now in love with this guy.  <b> DIMITRI BELIKOV </b>
He is the fictional character by Richelle Mead from Vampire Academy series. He is a dhampir (half vampire, half human). He is strong, charismatic, handsome, hot, and people called him "God". Oh my Dimitri xD
I know him when my friends gave me Vampire Academy movie. At first I thought, what the hell is this? But then, I totally in love ♡ What makes me change my mind? You will know it when you start to read the novel. /smirk/
So, after watching the Vampire Academy movie, I was little bit curious about this stuff. Especially, Rose and Dimitri (both Zoey and Danila played the character very well). Romitri (their couple name) was my ideal of relationship. Yea, their bond is strong and I just like it, besides I'm in love with their difference ages. Something little bit wrong with me, I like kinda Teacher and Student affair. Oh my Dimitri, this is no right-_-"
Moving on, I tried searching for the novel it takes almost 4 days, and finally found it. But unfortunately, Indonesia just released the 4 of 6 books. Which mean, still incomplete.
So, I read it and I REALLY LOVE THIS NOVEL SO MUCH. I never want to read a novel series like this, but this is different. I want to read this till the end. I want to know what happened with Rose. What happened with Dimitri. What happened with both of them. What happened with their relationship. What happened with Lisa. How it is the ending? I want to know. There is something different with this novel and I want to finish this as soon as possible for killing my curiousity for all the questions above.
Now, I finish book four. Starting to read book five.
Then, based on the title. <b> Dimitri Belikov </b>. What happened with him? Well, as he turned into Strigoi (evil vampire), I feel him so much hot. Yea, even though I more like him as a Dhampir than a Strigoi. But, still, like Rose, I love him so much. Even he is turned into evil, he is still care about Rose. He is still love her. He is ... Shit, I can think normally u.u
Okay, so tonight he is in my dream. Kinda odd? Yea, he is goddamn hot that I can barely handle it. Dimitri please be real and marry me /slapped/.
Danila's face as Dimitri on the movie strike into my heart as he already own it /suddenly become 1D's lyric lol/. But thats right. Danila is so cute, manly, charming as I expected. Maybe he is little bit older than the real Dimitri on the novel, but I'm not sure. I focus for finishing Vampire Academy series. And you know what? This is my examination day! And I just study for one subject! Beside there are two subject today! And I was dreaming about Dimitri and didn't want to awake because it's so beautiful dream that I've ever had! Okay. Good luck for me then. I hope I can pass them all.
Dimitri is with me.

Selasa, 29 Maret 2016

Welcome Back!

Semenjak........ hape gue dicolong orang (kalo mau baca kronologinya disini). Gue jadi mengabaikan otome-otome gue yang jumlahnya sampe 20-an itu. Pas ganti hape sih, otomatis gue downloas semua otome yang pernah gue maenin bahkan sampe otome yang udah tamat gue maenin. Tapi, makin kesini hasrat gue kurang gak tau kenapa. Mungkin karena beberapa otome mengharuskan kita mencapai misi tertentu buat lanjutin ceritanya yang mana misinya itu super duber nyiksa batin (ya orang mau enaena malah dikasih cobaan gitu kan. Sedih aing mah T-T).
Nah, terus beberapa waktu yang lalu, gue yang boros kuota ini nyoba download game Kim Kardashian Hollywood dan Kendall and Kylie. Mereka bikin gue ketagihan dan semakin melupakan otome (karena makan banyak memori SUMPAH!). Akhirnya otome gue yang ada 20an berkurang jadi tinggal 6.
..........
Dan harus gue akui, game KnK (Kendall and Kylie)  meskipun seru banget, bahkan mengalahkan KKH (Kim Kardashian Hollywood), tapi sering banget error. Dan yang ngeselin dari errornya itu, I should start over the game! Over and over again! I did it almost four-times. It happened when I reached eighth level.
So, gue pun mulai bosen maen KKH doang, jadi gue memutuskan untuk kembali memainkan otome gue.
/soundeffect:tepuk tangan/
Yang gue maenin tentu aja yang gak bikin gue stres lagi. Yaitu My Forbidden Love <3 Kapan-kapan bikin reviewnya lah.
Meski udah tamat, gue gak mau main rute lain selain Mike. Seriusan. Gue ngerasa aneh kalo maennya dengan rute lain.
Dan setiap gue main otome lagi, gue masih ngerasa main kek orang gila. Gue teriak-teriak sendiri. Guling-guling di kasur gak jelas. Ya gitu deh.
So, Welcome Back Gemma to Otome! Yeyy!!! Good night <3

P.s I'm so sleepy

Selasa, 22 Maret 2016

#Dear Penerbit

Rabu, 23 Maret 2016

#Dear penerbit

Please kenapa begitu kejam sensorin komik-komik yang beredar. Saya sebagai pembaca merasa tersiksa ketika adegan yang seharusnya ada tertutupi oleh selembar hitam yang membatasi kemampuan berimajinasi saya sebagai pembaca. Kan komik-komik tersebut sudah diberi label "Dewasa" tapi kenapa masih kena sensor juga???????
Harap hargai imajinasi para pembaca "Dewasa" ini dengan hilangkan segala sensor yang ada.

Salam,

Pembaca komik "Dewasa"

##########

Sumpah demi apapun, gue bete banget itu komik-komik disensorin. Jadinya membatasi imajinasi gueee. Kan udah dikasih label dewasa, jadi ya berarti khusus pembaca dewasa. Terus kenapa disensooooor????? T-T
Kalo untuk menghindari para bocah buat liat adegan itu, ya itu tanggung dosa sendiri si bocah-bocah itu yang udah ngeliat adegan-adegan itu! Bete elaaaaah T-T

P.s gue gak baca komik hentai dan komik eechi. Gue baca komik yang ceritanya rada dewasa aja. Dan yang rada dewasa itu bukan berarti selalu beradegan dewasa. Tapi dari segi cerita, emang latar dan tokohnya dewasa yang emang dikhususin untuk pembaca dewasa.

P.p.s gue udah dewasa kok. Muka aja keliatan kayak anak smp. ._.v

Minggu, 20 Maret 2016

Tujuan Ngeblog

Sebenernya dari awal tujuan ngeblog itu cuman satu, eh dua deng. Eh tiga. Yang pertama, blog jadi tempat curhatan gue yang gak penting ini. Kedua, blog gue buat nulis review komik yang gue beli, film yang gue tonton, musik yang gue dengerin dan nulis essai (karena ada saatnya gue rajin nulis essai). Ketiga, gak ada sih itu aja. Eh entah kenapa karena gue kurang konsisten (kayaknya), jadi gini deh blog gue tanpa tujuan dan isinya random. Berulangkali bikin blog baru dengan salah satu tujuan diatas, akhirnya jadi blog random lagi-_- nasib duh. Yah, moga aja kali ini jadi bener 'dikit'.

P.s gue mau rajin-rajin ngeblog nih. Moga aja tetep konsisten :3